[Review] Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Assalamu'alaikum....
Kembali aku akan review salah satu buku dan buku ini kalo dibaca dari judulnya adalah buku yang uda lamaaa banget. Yep, aku uda beberapa kali baca buku ini, kadang juga cuma baca bagian2 tertentu yang buat aku kangen dengan emosi yang hadir dalam setiap kalimat dalam novel ini.
"Rembulan Tenggelam di Wajahmu" adalah novel Tere Liye yang pertama kali aku baca dan aku langsung jatuh cinta dengan gaya penulis satu ini. Awalnya aku sedikit bingung dengan plot yang dibuat bolak balik dari masa depan ke masa lalu dan dari masa lalu ke masa depan. Tapi ini Keren! Cerita yang hidup. Kisah yang menyentuh. Alur yang berani dan gak tanggung2 menurutku. semuanya total. Total kerennya. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari setiap perkataan dalam tulisan, dan pasti akan sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. 

Diawali dengan kisah seorang anak perempuan kecil yang hidup di panti karena yatim piatu dan hanya hidup dengan kesendiriannya, dengan pertanyaan2 alam otaknya. Diawali kembali dengan kisah perseteruan antara anak lelaki kecil berumur 10 tahun yang berani dan tegas dengan pemilik panti asuhan yang galak dan kejam. Anak lelaki yang selalu menghujat kenapa dirinya berada dalam panti asuhan bangsat itu. Kisah ini dimulai pula dengan perjalanan seorang pasien berumur 60 tahun yang sedang sekarat di rumah sakit. Pasien pemilik kongsi bisnis menggurita yang sedang sekarat. Cerita yang dimulai dan diakhir dengan suara bedug ditabug, suara takbir menggema. Lebaran! Cerita yang selalu berkaitan dengan hari raya yang seharusnya ada baju baru dan segala macam makanan enak. Cerita tentang mimpi2 yang tak akan pernah bisa digantungkan saja. Dan tentang 5 pertanyaan besar.

Ada puluhan tempat penampungan anak-anak terlantar di kota ini, tapi kenapa dia (Rehan) harus diantarkan ke panti sialan itu. Itulah pertanyan pertama Ray yang selalu ada di dalam benaknya. Menghabiskan masa kanak2 dengan tidak menyenangkan bersama penjaga panti biadab. Dan akhirnya Rehan memilih untuk kabur dari panti sialan itu, hidup di terminal kota, menjadi penjudi ulung,  mencuri uang setoran bis, keberuntungan, dan Diar penjaga toilet yang teman sekamar semasa di panti akhirnya harus mati karena insiden pencurian celana sopir bis di toilet umum.
"Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi... hidup ini juga sebab akibat."
Jawaban atas pertanyaan pertama yang masih saja belum bisa diterima oleh Ray. Diar mati karena ulahnya mencuri uang dari celana sopir bis itu. Dan akhirnya Rehan bebas dari panti asuhan dan penjaga panti sialan itu.
"Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun kalian berada, kalian sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara."
Kalimat yang sangat dalam saat diucapkan Bang Ape, pemilik rumah singgah tempat Rehan tinggal sekarang, saat ada salah satu temannya yang diadopsi.

Dan akhirnya harus ada perkelahian dan darah dibalas dengan darah.

Tentang pertanyaan kedua. Apakah hidup ini adil?
"... Kau tidak seharusnya menyalahkan orang-orang yang membuatmu buruk, lantas mencari pembenaran-pembenaran."
"Berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan."
Setelah penjara dan penjara, perkelahian dan tumpah darah, tusukan dan pisau, pencurian berlian dan hukuman mati untuk Plee sahabatnya. Ray kini menjadi seorang mandor dalam proyek pembangunan gedung 18 lantai dan mencintai seorang gadis yang sangat cantik. Menikahi gadis cantik itu. Gadis cantik simpanan pria hidung belang. Gadis cantik yang dulunya seorang pelacur. Si gigi kelincinya.
Dan pertanyaan ketiga saat istrinya, gigi kelinci, meninggal setelah kematian anak mereka dua kali berturut turut. Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi? 
Saat Ray berada dalam puncak kesuksesan yang menggila. Bisnis di mana-mana. Gedung2 pencakar langit milinya. Jatuh bangkrut karena ditipu. Dan tambang emas miliknya. Kekosongan.
"Orang-orang yang terus merasa hidupnya kurang maka tidak akan pernah merasa puas. Tapi orang-orang yang bijak, orang-orang yang berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya bagai cermin, maka dia bisa merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekalipun."
"....aku tidak membutuhkan itu semua. Rumah besar, mobil, berlian. Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha atas perlakuanku padamu. Itu sudah cukup."
Itulah jawaban yang diterima Ray atas kekosongannya selama ini. Dan Ray jatuh sakit. Cangkok jantung, dan penyakit lainnya. Menyakitkan.
"Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-jani, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan, maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur."
Ya. Cerita yang sangat kompleks. Cerita yang membuatku gak bisa untuk hidup dalam berandai-andai. Yang ada hanyalah aksi yang harus dilakukan. Rehan yang akhirnya bisa melihat wajah Ayah Bundanya dalam perjalanannya. Ray yang akhirnya tahu siapa pelukis dari lukisan bernyawa yang bertengger di kantornya di gedung paling tinggi yang pernah dia buat. Dan Ray akhirnya tahu kalo gadis kecil di pnati asuhan sialan tempat dia tinggal dulu adalah anak yatim piatu dari korban kecelakan mobil dengannya. Dan pertanyaannya yang keempat dan kelima.

Review kali ini aku gak banyak nilis emang, karena emosinya terlalu dalam jika di bawa ke dalam tulisan ini. Gak pernah bosen buatku untuk mengulang setiap detil cerita dalam novel ini. Mengharu biru. Benar2 bisa membayangkan cerita itu ada diatas kepalaku. Buat yang belum baca segerakan saja untuk membca ya teman.

Thanks,
Aiyu

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^